18.5.14

Alma

oleh: Junot Diaz

Kau punya pacar bernama Alma, pemilik leher kuda yang jenjang dan mulus dan bokong besar yang tampaknya berada pada dimensi keempat melampaui jeans yang dikenakannya. Bokong yang bisa menyeret bulan keluar dari orbitnya. Bokong yang tak pernah disukainya sampai ia bertemu denganmu. Sejak itu, tiada hari berlalu tanpa keingininanmu menempelkan muka di bokongnya atau memagut urat halus lehernya. Kau suka caranya menggelinjang saat kau pagut, caranya melawanmu dengan lengan rampingnya.

Alma adalah mahasiswi Mason Gross, salah satu anggota Sonic Youthkelompok baca komik yang tanpanya kau mungkin tak akan pernah kehilangan keperjakaan. Dibesarkan di Hoboken, bagian dari komunitas Latin yang mengalami kebakaran hebat pada tahun delapan puluhan, ketika rumah-rumah petak menjelma lautan api. Menghabiskan hampir seluruh usia remajanya di Lower East Side, ia pikir itu akan selalu jadi rumahnya, tapi kemudian NYU dan Columbia mengatakan tidak, dan ia akhirnya tinggal lebih jauh dari kota daripada sebelumnya.

Ia sedang belajar melukis, dan ia lukis semua orang dalam warna pucat jamur hingga mereka terlihat seperti baru saja dikeruk dari dasar danau. Lukisan terakhirnya adalah dirimu, berdiri menyamping dengan badan condong ke pintu depan: mengerutkan dahi dengan ekspresi aku-punya-masa-kecil-Dunia-Ketiga-yang-buruk-dan-yang-kupunya-cuma-gaya-ini. Lalu ia memelukmu erat. Kubilang juga apa, aku akan punya otot-otot lengan.

Setelah beberapa minggu, sekarang kau rasakan kehangatannya, Alma telah sepenuhnya menyerahkan diri, mengenakan gaun tipis terbuat dari bahan yang terasa seperti kertas tisu; tidak perlu angin kencang untuk menanggalkan pakaiannya. Aku melakukan ini untukmu, katanya: aku berusaha menghidupkan lagi warisan Dominika dalam diriku (memang bukan sepenuhnya kebohongan, ia bahkan kursus bahasa Spanyol agar bisa meladeni ibumu lebih baik), dan ketika kau melihatnya di jalanan seperti peragawati, kau tahu persis apa yang dipikirkan oleh setiap negro yang berpapasan dengannya.

Kalian bertemu di sebuah pesta Latin mingguan di DownUnder, New Brunswick. Ia tak pernah pergi ke pesta sebelumnya, diseret ke sana oleh sobat SMA-nya, Patricia, yang masih mendengarkan TKA, trio latin yang terkenal di tahun 80an, begitulah kau mendapat kesempatan untuk menembaknya, dan kawan-kawanmu bilang, cabe yang ini ekstra panas.

Alma ramping seperti buluh, kau kecanduan steroid; Alma suka nyupir, kau buku; Alma punya mobil Saturn (dibelikan ayahnya yang tukang kayu, yang di rumah cuma mau omong Inggris), kau tak punya SIM; Kuku Alma terlalu kotor untuk memasak, spaghetti con pollo buatanmu terbaik seantero negeri. Kalian sangat berbeda dalam segalaia mengerjap-ngerjapkan matanya setiap kali kau menghidupkan tayangan berita dan bilang ia tak bisa tahan dengan politik. Ia bahkan tidak akan pernah menyebut dirinya Hispanik. Ia sesumbar kepada teman-temannya bahwa kau seorang "radikal" dan Dominika sejati (meskipun di Indeks Plátano kau tak masuk hitungan; Alma cewek Latin ketiga yang pernah kaukencani). Kau membual di hadapan teman-temanmu kalau ia punya lebih banyak album daripada mereka, bahwa ia juga mengucapkan hal-hal mengerikan seperti gadis kulit putih saat bercinta.

Ia yang paling liar di ranjang dibanding gadis lain yang pernah kau tiduri; pada kencan pertama, ia bertanya apakah kau mau mengeluarkan anu di dada atau mukanya, dan mungkin selama kanak-kanak kau belum pernah mendapatkan pelajaran seperti itu tapi kau, seperti, umm, ya tidak. Kemudian setidaknya seminggu sekali ia akan menunggingimu di kasur, dengan satu tangan menarik-narik halus puting hitamnya, bermain dengan dirinya sendiri, tidak membolehkanmu menyentuh sama sekali, jarinya mengaduk lembut anunya dan wajahnya tampak seperti otang putus asa mengulum bibir, seperti marah sekaligus bahagia.

Ia suka ngomong kalau sedang begituan, juga berbisik, kausuka melihatku begini kan, kau suka mendengar suaraku waktu keluar anu kan, dan ketika ia sampai di puncaknya keluarlah erangan panjang dan itulah saat yang memungkinkanmu menariknya ke dalam pelukan, saat menyeka jarinya yang berlendir di dadamu. Inilah aku, katanya.

Yaitu semacam tarik-menarik, semacam pengalaman seks yang luar biasa, semacam hal yang tak-usah-dipikirkan. Ini luar biasa! Luar biasa! Sampai suatu hari di bulan Juni, Alma tahu kau juga ngentot dengan mahasiswi cantik bernama Laxmi, ia tahu Laxmi sialan itu karena ia, Alma, pacarmu, membuka jurnalmu dan membacanya. (Oh, ia orang yang mudah curiga)

Ia menunggumu di beranda, ketika kau membuka pintu Saturn dan melihat jurnal itu di tangannya, hatimu terjun bebas seperti bandit gembrot masuk perangkap algojo. Kau mencoba tenang, mematikan mesin mobil. Kau kewalahan menahan kesedihan tak bertepi. Sedih karena ketahuan, dan kemungkinan tak terbantahkan bahwa ia tak akan pernah memaafkanmu.

Kau menatap kaki dan sela-sela kakinya yang luar biasa, di titik ini kau baru menyadari betapa indahnya pópola yang tidak kau cintai secara konstan selama delapan bulan terakhir. Hanya ketika ia semurka ini kau menginsafinya. Kau mulai beraksi, berusaha melakukan sesuatu, didorong keberanian terakhirmu yang memutuskan urat malu. Hey, muñeca, katamu, salah tingkah. Ia menjerit-jerit, kau pun bertanya padanya, Sayang, apa yang terjadi? Ia langsung memaki-makimu:

bajingan

bajingan ngentot

pantat Dominika palsu.

lantas katanya:

kontolmu mungil

gak punya kontol

dan yang terburuk dari semua, kau suka memek hitam!

(Benar-benar tak adil. Kau coba menjelaskan, Laxmi berasal dari Guyana, tetapi Alma tak lagi peduli.)

Alih-alih menundukkan kepala dan siap menanggung segala akibat layaknya pria sejati, kau malah mengambil jurnal itu seperti orang mencabut kondom penuh mani. Kaucuri pandang wajahnya yang masih penuh amarah. Lalu kau tatap matanya dan menyunggingkan senyum salah tingkah yang akan kau ingat sampai hari engkau mati. Sayang, katamu, manisku, itu sebenarnya bagian dari novelku.

Begitulah kau kehilangan dia.

2 komentar: