30.1.10

In Memoriam Ahmad Syaikhu (1)

Sampai sekarang masih soelit akoe pertjaja, Syaikhu telah tiada. Akoe masih berharap ini maja. Masih soeka koebajangkan, ini tjoema tjara Syaikhu bertjanda agar teman-teman menjambanginja, bertandang ke roemahnja. Akoe maoe Syaikhu hidoep seriboe tahoen lagi.

Syaikhu adalah tokoh besar bagikoe. Dia masoek dalam kroni Nabi Moehammad, Kiai Hamam, Boeng Karno, TJhairil Anwar, Pak Harto, Soe Hok Gie, Goes Doer, Mas Noer dan Araj di kitab hidoepkoe. Setidaknja oentoekkoe, ia pahlawan di boekoe hariankoe.

Alangkah beratnja melepaskan kepergian seorang tokoh besar, jang dalam koeroen waktoe tidak pendek bersentoehan langsoeng dengan hidoepkoe. Lebih menjiksa daripada kehilangan sahabat seperti Araj. Apalagi akoe tak berada di dekatnja seperti ketika akoe melepas Araj.

Seperti baroe kemarin bersinggoengan dengannja. TJoeplikan-tjoeplikan perkenalan dan kedjadian-kedjadian 7 tahoen di Pabelan berkelebatan. Akoe tak mampoe menghindar. Kenangan djoega realitas sedjarah. Dengan betapa simbolik serta tak dapat dioelangnja.

Episode bersinggoengan dan berlainan
Tidak boetoeh waktoe lama oentoek mengenal ‘Sehoe’ -begitoe kita serampangan memanggilnja-. Segera setelah masoek pesantren, akoe langsoeng mendengar repoetasinja sebagai santri jang aktif, tjerdas dan disegani. Seingatkoe, tak ada momen perkenalan choesoes dengannja. Pastinja jang koeingat, pertama kali kami ngobrol di soeatoe djoemat pagi, ketika mendjemoer kasoer di depan gedoeng workshop jang sedang direnovasi (sekarang Gedoeng Serbagoena). Disana, hanja akoe jang dari Presiden E, dan Sehoe bersama teman-teman Presiden TJ. (ada Andhika, Arif, Deni, Santiko, Alif dll).

Hoeboengankoe dengannja tidak bisa dibilang baik, tapi tak bisa djoega dibilang boeroek. Karena seingatkoe kami tak pernah bermoesoehan, meskipoen kami djarang seija-sekata dan sedjalan. Akoe dan Sehoe selaloe memosisikan diri di koetoeb jang berlainan, -oentoek tidak menjeboet berlawanan. Alamiah sadja begitoe, zonder kesepakatan.

Roetinitas pendidikan di Pabelan teroes berdjalan. Masing-masing kami toemboeh. Masing-masing kami saling mengenali. Banjak tjengkrama, tjanda, air mata, peladjaran dan koeliah kehidoepan kami hajati. Akoe dan Sehoe pernah begitoe dekat seperti saoedara, karena tjerita-tjerita dan keloeh-kesah jang kami saling bagi. Tapi kami selaloe tak pernah bisa tampak sangat akrab. Hanja malam-malam jang kami laloei bersama jang dapat mengerti.

Selandjoetnja, Syaikhu mendjadi santri jang lebih menondjol dibanding teman-teman lain. Ia mendjadi pribadi jang djaoeh lebih lengkap. Ia toemboeh sebagai santri jang semakin disegani dan diteladani. Berbagai prestasi ditorehkannja. Hoeboengankoe dengannja poen masih formal-formal sadja, akoe dan Syaikhu tetap berdjarak. Kami poenja sahabat-sahabat sendiri-sendiri, tidak pernah tergaboeng dalam satoe Gank. Tapi diam-diam akoe djoega mengagoeminja. Ia begitoe tekoen dan disiplin, sementara akoe moelai atjak-atjakan. Ia akrab dengan hafalan Al-Qoeran, sementara akoe moelai tenggelam dengan batjaan sastra dan moesik Poenk Rotjk.

Tapi akoe taoe, sebenarnja dia sangat labil karena dinamika di roemahnja, pastja-wafatnja sang Iboe tertjinta. Akoe tidak taoe pasti bagaimana keadaan sebenarnja, karena Syaikhu memang lebih sering tjoerhat koelitnja dan hanja ditambahi tjerita-berita selentingan sadja. Syaikhu poen berkembang dengan segenap toentoetan dan oedjian hidoepnja. Memboeatnja semakin tanggoeh dan berkarakter. Memperbesar kesadarannja akan hidoep dan kehidoepan. Mendjadikannja individoe petaroeng dan pribadi jang berani. Revoloesi dini oentoek santri seoesianja.

Begitoe sadja tapi tidak begitoe djoega
Akoe Pernah begitoe marah padanja, panas hati dan mengepalkan tangan oentoknja. Akoe pernah menganggapnja anak ketjil. Akoe pernah menentangnja habis-habisan. Dan akoe djoega pernah menoendjoek hidoengnja sebagai pemimpin jang gagal. Meskipoen di loear itoe semoea, kami tetap teman jang akoer-akoer sadja. Tapi akoe djoega pernah merasa bahwa Syaikhu adalah sahabat terbaikkoe. Pernah akoe sangat terharoe karena Syaikhu. Pernah akoe bertepoek tangan dan angkat topi oentoeknja. Dan pernah akoe menganggap tidak ada pemimpin jang sehebat Syaikhu.

Bersamboeng…


Maaf djika edjaan tempo doeloe ini mengganggoe kenikmatan membatja toean dan njonja… kerana menoelis risalah ini rasanja doeka belaka.
Djuga maaf kerana toelisan ini diboeat bersamboeng, dengan segala pertimbangannja…

1 komentar: