2.5.11

Catatan dari Ultah PKS Ke-13*

Usai sudah pergelaran puncak HUT ke-13 Partai Keadilan Sejahtera di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat (Minggu, 17/4). Satu demi satu kader, simpatisan dan pengurus PKS dari berbagai daerah dan Jakarta meninggalkan Gelora Bung Karno.


Sejauh mata memandang, tampak lautan manusia yang mengenakan pakaian berwarna putih. Ya, PKS berhasil memutihkan Senayan hari ini. Di panggung, sebuah band masih tampil menyanyikan Bongkar karya Iwan Fals sambil meneriakkan kebesaran PKS. Di luar, sebuah mobil Jeep mengiringi rombongan dari berbagai daerah menuju parkir bus. Musik yang diputar di mobil itu bukan nasyid atau lagu-lagu Islami, melainkan Kompor Mledug ciptaan Benyamin Sueb. Setelah itu, terdengar lagu-lagu rap yang diputar dengan suara keras.

Jalanan masih sangat ramai, begitu putih. Sekilas pengamatan, terlihat lebih banyak akhwat (perempuan) daripada ikhwan (pria). Bila dibandingkan sekitar 7:3. Apakah ulang tahun ini lebih banyak dihadiri perempuan? Atau kader PKS memang lebih banyak perempuan?

Saya kemudian menemui seorang ibu rumah tangga, seorang kader PKS bernama Dwi  dan berbincang-bincang dengannya. Menurut Dwi, di tempat asalnya, Pasar Jumat, Jakarta Selatan, pengajian tarbiyah pun lebih banyak dihadiri akhwat. "Tapi kan, disesuaikan juga dengan populasi Indonesia yang lebih banyak perempuan, Mas," katanya berdalih.

Kader PKS lainnya, Andi (27) yang berasal dari Depok, Jawa Barat, dan bekerja di sebuah perusahaan farmasi, tertawa ketika ditanya mengapa lebih banyak wanita yang hadir di ulang tahun PKS ini. "Biar gampang cari jodoh, Bang" ujarnya ringan dan bersemangat.

Andi adalah salah seorang anggota Pandu Keadilan yang mengawal setiap kegiatan dakwah PKS, termasuk perhelatan akbar di Senayan ini. Sandi bercerita, anggota Pandu Keadilan tidak hanya berasal dari kelompok pekerja atau karyawan. Banyak juga mahasiswa. "Untuk menjadi Pandu Keadilan setiap kader harus mengikuti Mukhoyyam terlebih dahulu. Mukhoyyam itu kayak Pramuka lah," katanya menjelaskan.

Ketika ditanya, dibayar berapa untuk mengawal kegiatan ini, Sandi tidak mau menjawab dan terkesan menghindar. "Udah dulu ya, Bang. Mau ngambil 'jatah' dulu nih!" katanya buru-buru dan kembali ke barisan.

Jatah yang dimaksud Sandi ternyata sekotak KFC dan minuman Pepsi-Cola!

Sementara seorang anggota Pandu Keadilan, bernama Santosa yang berasal Sunter dan mengaku bekerja sebagai kuli bangunan, mengatakan, dirinya tidak dibayar untuk mengawal kegiatan ini. "Partai hanya memberi wadah untuk melakukan sesuatu buat ummat. Saya kebetulan hanya bisa menyumbangkan tenaga, makanya bergabung dalam Pandu," jawab Santosa.

*Tulisan ini pernah dipublikasikan dengan judul: "Inilah yang Tersisa dari Ulang Tahun PKS" di RM Online

6 komentar:

  1. seddaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaap

    BalasHapus
  2. liputan yang menarik. kiri seksi, kanan funky.

    saudara jadi ikhwan juga rupanya? hehehe
    sejauh mata memandangnya ada dua kali, nggak enak!

    BalasHapus
  3. hehe... baiklah, tuan, segera disunting, biar lebih sedap -meminjam komentar anonim di atas- :))

    sadiskah? :D

    BalasHapus
  4. yang sadis ya lagunya.... apalagi yang dinyanyiin afghan. sadiiiiiid bgt :p
    yang sedap itu pastinya sekotak kfc...

    BalasHapus