6.11.15

Wording

Meski sehari-hari bertungkus-lumus dengan internet, saya masih sering sekali ketinggalan gosip-gosip daring terpanas. Misalnya sehari yang lalu, saya baru tahu kalau mantan pacar Cristiano Ronaldo, si Irina Shayk, model aduhai asal Rusia itu, kini berpacaran dengan Bradley Cooper, aktor Hollywood yang sedang naik daun. Padahal mereka sudah berpacaran sejak April silam, ke mana saja saya?



Setelah tanpa sengaja mendapati foto Bradley sedang berciuman dengan Irina, saya langsung gugling dengan kata kunci nama keduanya, membaca-baca informasi sangat penting tentang diperkenalkannya Irina kepada ibu Bradley, tentang bagaimana aktor 40 tahun itu berkenalan dengan sang model yang baru berusia 29 tahun, dan tentu saja foto-foto mesra keduanya ketika berlibur di sebuah pantai di Italia yang saya jamin akan menelangsakan jomblo manapun yang melihatnya.

Puas mempelajari bagaimana keduanya mencitrakan hubungan mereka di internet, saya segera mencari tahu nasib percintaan Cristiano Ronaldo. Tak banyak yang saya temukan, rata-rata hanya kabar angin, salah satunya tentang hubungan Cristiano dengan Alessia Tedeschi, seorang model Italia yang punya bentuk bibir mirip Irina.

Hingga terdamparlah saya di laman The Guardian, harian terkemuka di Inggris, yang membahas dokumenter terbaru tentang Ronaldo, ditulis oleh kolumnis Daniel Taylor.

Tulisan itu dibuka dengan reka ulang salah satu fragmen dalam film, di gereja, segera setelah prosesi pembaptisan anakbaptisnya selesai, Cristiano bertanya kepada sang pendeta, "Boleh selfie sebentar?" Renyah sekali. 

Saya lanjutkan membaca, dan tidak bisa tidak nyegir kuda waktu sampai di bagian ini: "Sulit untuk tidak sampai pada perasaan bahwa Ronaldo meneriakkan namanya sendiri saat begituan." Anjing betul si Daniel. Anjing kuadrat.

Seperti kebiasaan saya yang sudah-sudah sehabis membaca tulisan bagus, saya jadi malas membaca tulisan lain untuk beberapa saat, yang saya lakukan hanya klik sana klik sini, lihat-lihat gambar, video, buka beranda Facebook atau Twitter.

Di Facebook, saya menemukan tautan kolom si Daniel tadi setelah beberapa kali skrol-bawah, langsung dari fanpage resmi The Guardian Football dan, coba tebak, bagaimana admin Guardian menyebarkannya?

Betul, mereka memilih kalimat yang membuat saya nyengir kuda tadi.

Beberapa hari sebelumnya, saya terlibat diskusi kecil dengan Arman Dhani dan Ardyan M. Erlangga mengenai wording (kalau diindonesiakan enaknya pakai apa, ya? Pilihan kata, pengataan, atau yang lain?) Diskusi ini dipicu oleh komentar saya terhadap postingan laman resmi The GeoTimes yang panjang-panjang sekali sehingga pembaca harus mengklik dulu "continue reading" sebelum mengklik tautan.

Saya bilang ke Dhani, sebaiknya dipilih kata-kata yang paling kuat dari tulisan itu, atau malah cukup dengan sesuatu yang provokatif dan "mengundang" seperti yang ditunjukkan oleh web-web infotainmen, jangan paksa pembaca mengklik "continue reading".

Yandri juga langsung menunjukkan bagaimana perusahaan tempatnya bekerja melakukan wording. Dan harus saya akui, perusahaan Yandri memang memimpin dalam hal beginian. Mereka sangat "mengundang".

Wording ini memang perkara sepele tapi seringkali menentukan nasib apa yang kita bagikan di media sosial. Kasus The Guardian tadi saya kira menarik sebagai contoh. Bagaimana media sekelasberat The Guardian juga sudah sangat berupaya untuk membuat konten mereka menjadi viral, salah satunya dengan wording yang mengena.

Karena The Guardian menonjolkan bahwa Ronaldo meneriakkan namanya sendiri saat begituan, para fesbuker pun langsung bereaksi, ikut berkomentar, dan membagi ulang. Ada yang teriak-teriak dasar hater, ada yang mengkritik dengan elegan, ada banyak yang senang sekali lalu menanggapinya dengan bercanda. 

Salah satu komentar yang menurut saya paling ngehek, mendapat like dan komentar yang banyak pula, adalah dari seorang jompo bernama James Melvin. James menulis: "Aku juga meneriakkan namanya saat begituan ;)". Beraque, haha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar