22.7.11

Sedikit Rekaman dari Perjalanan #KoinSastra

Pusat Dokumentasi Sastra HB Jaasin
Banyak orang terhenyak ketika ramai diberitakan bahwa Pusat Dokumentasi HB Jassin terancam gulung-tikar.  PDS HB Jassin adalah salah-satu aset penting sejarah bangsa selain Arsip Nasional dan Perpustakaan Nasional. Di PDS HB Jassin, disimpan dokumen lengkap sastra Indonesia, yang punya andil besar dalam menggelorakan perjuangan kemerdekaan dan merekam  perjalanan bangsa di kemudian hari. 

Berangkat dari keprihatinan para pecinta dan pegiat sastra di twitter, gerakan #KoinSastra pun bergulir.  Secara spontan, sambutan dan dukungan datang dari berbagai tempat, dari mereka yang prihatin akan kelangsungan sastra Indonesia dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin. Jumat, 18 Maret 2011, gerakan #KoinSastra pertama kali digaungkan.

"Mempertahankan PDS HB Jassin, berarti mempertahankan bagian sejarah dan kebudayaan bangsa. Gerakan #KoinSastra mengekspresikan gugatan kita terhadap pembiaran nasib kebudayaan dan sastra kita yang diambang kebangkrutan. Gerakan #KoinSastra merupakan wujud mimpi anak bangsa untuk memiliki pusat dokumentasi sastra yang terus bernyawa dan tumbuh." Demikian kicau Khrisna Pabichara, salah-satu penggagas #KoinSastra, Sabtu (19/3/2011) di akun twitter miliknya @Khrisnabichara.

Kepedulian masyarakat terhadap PDS HB Jassin pun ternyata sangat tinggi. Terbukti, gerakan ini bergema di berbagai daerah. Banyak elemen masyarakat yang merelakan diri menyumbang dan menggalang dana. Kepedulian masyarakat untuk membantu PDS HB Jassin dengan Gerakan #KoinSastra sangat mengharukan. Sehingga kemudian, Gerakan #KoinSastra mencetuskan gagasan untuk menyelenggarakan konser amal.

Sudjiwo Tedjo, Budjana, Shoimah.
"Ketimbang terus menunggu dalam menyelamatkan warisan sastra yang sedemikian kaya, kenapa tidak bergerak semampu yang kita bisa untuk menyelamatkannya?" kata Fajar Arcana, salah satu penggagas gerakan #KoinSastra, dalam siaran pers, Rabu (13/4) di Bentara Budaya Jakarta.

Ayu Laksmi dalam Konser #KoinSastra
Konser #KoinSastra,  bukan hanya sekadar ajang pengumpulan dana  untuk membantu PDS HB Jassin. Konser ini, diharapkan dapat juga menjadi  wahana penularan kesadaran tentang pentingnya pemeliharaan cinta terhadap sastra dan budaya literasi. Dengan penggalangan dana, Gerakan #KoinSastra berharap akan mampu membantu PDS HB Jassin melakukan digitalisasi koleksi. Konser akhirnya terselenggara dengan sukses dan mendapat sambutan yang luar biasa.

Karena Gerakan Koin Sastra, sikap pemerintah pun langsung berubah. Fauzi Bowo bahkan tiba-tiba rela berkunjung ke PDS HB Jassin, meminta maaf dan menjanjikan bantuan Rp1 miliar untuk PDS HB Jassin. Untuk diketahui, Pemerintah DKI Jakarta, pemberi dana untuk PDS HB Jassin terus-menerus mengurangi subsidinya setiap tahun. Mula-mula, PDS HB Jassin menerima Rp500 juta per tahun dari Pemerintahan Sutiyoso. Namun setelah itu, Fauzi Bowo terus menyunatnya hingga hanya Rp50 juta per tahun. Foke adalah Gubernur kedua setelah Ali Sadikin yang berkunjung ke PDS. Jadi, Gubernur-gubernur di antara keduanya tidak ada yang berkunjung. Namun, sayangnya Foke pun berkunjung ke PDS karena keterpaksaan.

Kliping Massal.
Gerakan #KoinSastra terus bergeliat. Masyarakat terus beraksi untuk menyelamatkan PDS HB Jassin. Banyak orang yang kemudian merelakan diri menjadi relawan #KoinSastra. Setelah sukses dengan konser penggalangan dana pada 13 April 2011, Gerakan #Koinsastra secara rutin mengirimkan relawan ke PDS HB Jassin untuk membantu pengklipingan setiap hari kerja.

Setelah lebih dari sebulan para relawan #KoinSastra membantu pengklipingan, terbersit ide untuk melakukan aksi kliping massal agar melibatkan masyarakat luas. Dengan aksi kliping massal, diharapkan lebih banyak orang yang mau terlibat langsung dalam proses pendokumentasian. Semakin banyak yang terlibat, berarti semakin banyak pula yang peduli dan mengetahui keberadaan PDS HB Jassin.

Ahmad Makki dalam Kliping Massal
“Aksi Kliping Massal ini adalah penyambung semangat kami, Gerakan #KoinSastra. Dengan Kliping Massal, kami harapkan lebih banyak dukungan dan sokongan seluruh komponen bangsa untuk memutakhirkan dan mendigitalisasi koleksi PDS HB Jassin.” Ungkap Ahmad Makki, salah-satu penggagas #KoinSastra dalam sambutannya di acara tersebut, Minggu (22/5/2011)

Kliping Massal ini, bukan sekadar sekadar kegiatan seremonial yang melibatkan banyak orang, melainkan juga peristiwa sejarah guna menandai kebangkitan kita dalam upaya menghargai warisan literasi. Bukan berapa jumlah dokumen yang berhasil dikliping yang penting dalam aksi langka ini, melainkan bagaimana menggalang kembali kesadaran masyarakat untuk menjaga, melestarikan dan mencintai aset bangsa, terutama yang berhubungan dengan sejarah kesusasteraan Indonesia.

Para Peserta Aksi Kliping Massal
Aksi Kliping Massal berhasil diselenggarakan dengan baik. Dan menurut Ahmad Makki, Kliping Massal bukanlah kegiatan terakhir yang akan diselenggarakan Gerakan #KoinSastra. Karena masih banyak target #KoinSastra yang belum dicapai, sementara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum juga menunaikan janjinya. Bahkan, bagi Gerakan #KoinSastra, PDS HB Jassin bukanlah tempat terakhir yang harus diperhatikan. Masih banyak lokus-lokus kebudayaan lain di negeri ini yang terlantar.

Rencana Konser  #KoinSastra II di Yogyakarta
Gagasan untuk menyelenggarakan Konser Amal yang kedua pun muncul. Dan tempat yang dipilih adalah Yogyakarta. Tapi di Yogyakarta, belum ada komunitas #KoinSastra yang solid seperti di Jakarta. Maka diutuslah tim dari Jakarta untuk membangun pondasi awal bagi komunitas #KoinSastra di sana.

Beberapa mahasiswa yang memang sejak awal telah menaruh simpati dan mendukung Gerakan #KoinSastra dikumpulkan, berdiskusi dan mematangkan rencana untuk mengadakan Konser #KoinSastra II. Setelah beberapa kali pertemuan, akhirnya disepakati bahwa konser akan dilaksanakan pada tanggal 17 September 2011 di Taman Budaya Yogyakarta.

Setelah komunitas terbentuk dan rencana konser amal dimatangkan, para relawan #KoinSastra Yogyakarta pun memiliki keinginan untuk menyelamatkan lokus kebudayaan yang ada di Yogyakarta. Awalnya, Perpustakaan Hatta yang dipilih karena beberapa waktu yang lalu memang kondisinya cukup parah. Namun saat ini, Perpustakaan Hatta telah diakuisisi oleh Universitas Gajah Mada dan dijadikan “Hatta Corner” di lingkungan kampus. Selanjutnya, Gerakan #KoinSastra  di Yogyakarta mulai membidik dan menjajaki Perpustakan Ki Hajar Dewantara.

Perpustakaan Ki Hajar Dewantara

Perpustakaan Ki Hajar Dewantara terletak di kompleks Taman Siswa, Yogyakarta. Ketika Tim #KoinSastra datang, Kamis (16/6/2011) bangunan gedung sedang direnovasi. Kunjungan tim #KoinSastra, dalam rangka memperoleh informasi awal dan umum saja, selanjutnya, butuh pendalaman informasi lebih lanjut.

Perpustakaan ini sedang direnovasi dengan biaya dari Dinas Kebudayaan Provinsi DIY. Proyek ini menghabiskan dana sebesar Rp. 325.972.000, dengan nomor kontrak 649/919. Kontraktor yang mengerjakannya adalah CV. Tri Daya Teknika. Diperkirakan, renovasi ini akan rampung pada bulan agustus 2011.

Dari informasi yang diperoleh dari Basuki, petugas dari kontraktor, koleksi PKHD saat ini diamankan di suatu tempat oleh pengurus harian PKHD. Menurut Basuki, sebenarnya dana dari Disbud DIY masih jauh dari cukup untuk sebuah perpustakaan besar dan bersejarah sekelas PKHD. Belum lagi, kesejahteraan karyawan ternyata kurang diperhatikan.

Sebenarnya, Tim #KoinSastra juga mengunjungi tempat lain seperti Museum Sonobudoyo dan Museum Pakualaman. Namun dari pengamatan dan informasi yang dikumpulkan dari banyak pihak, kondisi Perpustakaan Ki Hajar Dewantara jauh lebih memprihatinkan dari dua tempat yang lain.

Dari keterangan Rimawan, salah seorang pengurus Perpustakaan Pakualaman, Tim #KoinSastra memperoleh informasi penting bahwa PKHD selama ini hidup dengan biaya dari Taman Siswa. Sementara, kondisi keungan Taman Siswa memang cukup memprihatinkan. Disana bahkan, kata Rimawan, Kepala Museum tidak digaji alias bekerja dengan sukarela. Selain itu, PKHD juga sangat butuh bantuan transliterasi naskah.
Perpustakaan Ki Hajar Dewantara yang sedang direnovasi
Sementara dari obrolan dengan Sri, Pegurus harian KHD, diperoleh informasi bahwa hanya dua orang yang bekerja di perpustakaan ini; ia dan Agus Purwanto. Sri sudah bekerja di sana sejak tahun 1988, ia dan Agus mengerjakan semua hal di sana. Dari kebersihan sampai menyantuni pengunjung. "Ngabehi" katanya.

Menurut Sri, perpustakaan ini memiliki 3000 lebih koleksi, peninggalan Ki Hajar Dewantrara. Ada buku-buku berbahasa Belanda, Jawa dan Melayu klasik, termasuk juga surat-surat dan kertas kerja Ki Hajar. Pengelolaan perpustakaan masih sangat tradisional, perawatan dengan peralatan ala kadarnya. Saat ini, banyak naskah dan koleksi yang rusak. Banyak koleksi yang rusak karena dimakan ngengat. Karena tingkat kelembaban ruangan, banyak kertas menebal dan tinta meleber. Di sini, tak ada pendingin ruangan.

Perpustakaan ini beberapa waktu lalu mendapat bantuan alih-media dan fumigasi dari Badan Perpustakaan & Arsip Daerah (BPAD) DIY. Tapi masih banyak dokumen yang belum diperbaiki keadaannya.

Sri punya mimpi yang sama dengan teman-teman #KoinSastra; perpustakaan besar & bersejarah ini tumbuh dan berkembang, ramai dengan berbagai kegiatan dan pengunjung. Tapi Sri meminta Tim #KoinSastra menemui pihak Yayasan Taman Siswa terlebih dahulu, sebelum relawan #KoinSastra #Jogja mulai dikerahkan. “Setelah rehab selesai Agustus nanti, bantuan relawan #KoinSastra akan sangat berguna untuk penataan koleksi #PKHD dan peremajaan dokumen.” ujar Sri.

2 komentar: